VALENTINE DAY MENURUT AL-QUR’AN
Oleh : Agus Widianto
A.
PENDAHULUAN
Momentum ini
sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu,
14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai
atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi
Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara,
tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia[1].
Hari Ibu, Hari
Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius.
Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam
yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan
Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan[2].
B.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
VALENTINE DAYS
1.
Kepercayaan Romawi Kuno
Sesungguhnya,
belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang
sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku
‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki
Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara
detil.
Ada banyak
versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang
kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II
yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada
beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita
menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno,
sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut
pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal
sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam sejarah kalender Athena kuno,
periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai
bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno,
15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama
salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan
sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Pada zaman tersebut
di atas, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual
penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing
kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di
jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan
menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk
disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing
tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat
dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan
Lupercalia tersebut adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang
berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari
mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk
dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada hari ini,
para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu
setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya keluar
harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan
menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan
harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia
dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut
gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa
mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka
mereka akan bertambah cantik dan subur.
22. Pengaruh Agama Nasrani
Ketika agama
Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini
dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama
gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar
Konstantine dan Paus Gregory I[3].
Agar lebih
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada
tanggal 14 Februari[4].
Tentang siapa
sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para
sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine
yang meninggal pada 14 Februari. Seorang diantaranya dilukiskan sebagai orang
yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang
detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” dimaksud, juga dengan kisahnya yang
tidak pernah diketahui ujung pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita
yang berbeda.
Menurut versi
pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan
memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan
berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah
tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine
lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua
menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah
dan kuat di dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Sebab itu
kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan
kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara
diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap.
Kaisar Claudius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi
dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M[5].
Versi lainnya
menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir
(mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah
pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis
“Dari Valentinusmu”[6].
Silang
sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam
Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The
Catholic Encyclopedia (1908), Vol. XV sub judul St. Valentine, nama Santo Valentinus paling tidak
merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang
pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di
provinsi Romawi Afrika. Hubungan antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine
juga tidak jelas[7].
Bahkan Paus
Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang
diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II
tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan
Santo Valentinus.
Ada yang
mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari
raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa
kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma,
diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh
dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church
di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus
Gregorius XVI pada 1836.
Banyak
wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana
peti emas diarak dalam sebuah prosesi kusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi
di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan
kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya
ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian
dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang
asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos
atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan
oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
3.
Tradisi Kirim Kartu
Selain itu,
tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan
Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower
of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14
Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.
Oleh Geoffrey
Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin
burung-burung dalam puisinya.
Lantas,
bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja
terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya
masing-masing? Ken Sweiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians
Observe It?” mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang
mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang
Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod
dan Lupercus, tuhan orang Romawi[8].
Disadari atau
tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya
menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah
terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger,
karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan
upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Jelas sudah,
Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di
mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik
sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap
menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah
diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin,
Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja
Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
4.
Modernisasi Valentine Day
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat.
Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi
sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari
agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi.
Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga
penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat
cinta kasih.
Dalam semangat
hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan
larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan,
berciuman, petting bahkan kegiatan pribadi suami dan istriual di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan
rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak
sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling
melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata
karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk
mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih
sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa
membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love (ML) yang artinya
bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi
setiap kita tahu bahwa makna make love (ML)atau bercinta adalah melakukan
hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami
distorsi parah.
Misalnya,
istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari
pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair
lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini,
ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina
memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana
merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang[9].
5.
Komersialisasi dan Modernisasi Valentine Day
Kalau pun Hari
Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah,
itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan
kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara,
dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event
itu.
Mereka
sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine
Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar
dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah
apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di
mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
Christendom
adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat.
Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis,
Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan
Amerika.
Orang biasanya
mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan
bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19,
Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan
inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika,
kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun
1847 oleh Esther A. Howland (1828-1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya
memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland
mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine
Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha
lainnya hingga kini.
Sejak tahun
2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun
mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”
kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland
memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat
secara massal di seluruh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan
bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per
tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry
Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan.
Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli
kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada
paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami
diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya
sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria
kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai
tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai
sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika
Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering
ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat
perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri
dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari
anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak
fisik.
Perayaan
Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana
pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di
negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel
diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang
diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang
lebih bersifat tertutup dan menjijikan.
C. PANDANGAN
ISLAM
Setidaknya ada dua dasar pijakan kita dalam
melihat dan menentukan, apakah Valentine day dapat diterima dalam ajaran dan
tradisi Islam, yaitu :
11. Melihat Akar Sejarahnya
Dari uraian diatas, jelas bahwa Valentine day bukanlah
warisan ajaran peninggalan sejarah para Nabi dan Rasul, melainkan ajaran
sejarah Dewa Luparcelia, yang kemudian diteruskan oleh Uskup Santo Valentine
salah seorang rahib dalam tradisi agama Katolik pada saat itu.
Sementara dalam perspektif ajaran Islam atau agama-agama
hanif (mulai dari Adam sampai dengan Muhammad SAW), bahwa sesuatu pesan baru
dianggap sebagai bagian dari ajaran agama ketika pesan ajaran itu disampaikan
oleh para Rasul yang kemudian diabadikan oleh wahyu Tuhan.
Di luar dari ketentuan diatas, maka sesuatu perbuatan
(apalagi menjadi sebuah momen perayaan) tersebut dianggap menyesatkan dan bisa
jatuh kepada hukum syrik.
Agama Islam telah melarang
kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam
berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah saw. dan
hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (ijma’). Inilah yang
disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’
Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al
‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al-Islamiyah).
Rasulullah saw. memerintahkan
agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani dengan sabdanya:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ
أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لَا يَصْبُغُونَ
فَخَالِفُوهُمْ
“Telah bercerita kepada kami 'Abdul
'Aziz bin 'Abdullah berkata, telah bercerita kepadaku Ibrahim bin Sa'ad dari
Shalih dari Ibnu Syihab berkata; Abu Salamah bin 'Abdur Rahman berkata bahwa
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir
(mewarnai rambut atau jenggot), maka selisihilah mereka" (berbeda dengan
mereka)..” (HR. Bukhari No. 3203 dan 5448, dan Muslim no. 3926)[10]
Hadis ini merupakan, salah satu
pernyataan Rasulullah SAW, yang sangat populer dan sering kita dengarkan yang
menuntut kehati-hatian kita dalam melaksanakan suatu sistem ajaran, karena kita
akan menjadi bagian dari golongan tersebut. Dalam hadits lain, Rasulullah
menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad No. 4868, 4869,
dan 5409 dan Abu Dawud 3512)[11].
Dari kedua hadits di atas, jelaslah
kita dilarang oleh Baginda Rasulullah untuk menyerupai atau meniru suatu kaum
seperti kaum Yahudi dan Nasrani.
Lembaga Fatwa Arab Saudi
juga pernah mengeluarkan fatwa terkait dengan valentine day dengan menggunakan
hadits ini. Dikatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada
Allah swt. dan hari akhir melakukannya, atau menyetujuinya, atau
mengucapkan selamat, namun yang wajib adalah meninggalkannya dan menjauhinya,
sebagai wujud menjawab panggilan Allah swt. dan Rasul-Nya saw.,
dan menjauhkan diri dari berbagai sebab yang mendatangkan kemurkaan
Allah swt. dan siksaan-Nya. Sebagaimana pula diharamkan atas seorang
muslim membantu perayaan tersebut, atau yang lainnya dari berbagai perayaan
yang diharamkan, dengan jenis apapun, baik berupa makanan, minuman, menjual,
membeli, membuat, hadiah, saling berkirim surat, atau pemberitahuan, atau yang
lainnya. Sebab itu semua termasuk ke dalam sikap saling tolong menolong di atas
dosa dan permusuhan, dan kemaksiatan kepada Allah dan rasul-Nya[12].
Dan Allah swt. berfirman dalam surat al-Maidah ayat 2;
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى
وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ
اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ[13]
Firman Allah:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (٣٦)[14]
22. Melihat Kandungan Nilainya
Sistem tata nilai yang terkandung dalam Valentine day
jelas sangat bertentangan dengan sistem tata nilai dalam ajaran Islam. Dalam
Islam, tidak ditemukan atau diperbolehkan bahkan sangat dilarang keras untuk
membangun sebuah pola pergaulan antara pria dan wanita secara bebas.
Karena perbuatan yang demikian telah masuk kedalam
kategori zina, yang dalam Islam sangat disuruh menjauhinya. Firman Allah:
"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan
keji dan seburuk-buruk jalan". (QS. Al-Isra': 32). Bahkan seorang lelaki
dan wanita yang berkhalwat (berdua-duaan) saja, disuruh untuk
menjauhinya, karena syetan akan menjadi pihak ketiga dari mereka. Keadaan yang
demikian akan menjadi peluang bagi mereka untuk melakukan perbuatan keji
(zina).
Sangat tidak bisa diterima akal, jika Valentine day
diabadikan sebagai simbolisasi keagungan sebuah cinta, namun dalam realitasnya
mereka justru mengangkangi dan menodai makna kesucian cinta.
Sama-sama kita dengar dan ketahui bahwa dihari itu para
pemuda-pemuda larut dalam hura-hura, pergi ketempat-tempat hiburan, saling
bermesraan bahkan tak jarang diantara mereka terjerumus untuk melakukan
hubungan seksual secara bebas, tanpa adanya sebuah ikatan yang sah menurut
ajaran agama.
Dengan mengatas namakan cinta, banyak kemudian para
kawula muda justru tidak lagi memiliki masa depan yang ceria dalam
kehidupannya. Karena tidak jarang diantara mereka menjadi korban cinta,
ditinggalkan oleh mantan kekasihnya, akibat pergaulan bebas yang kadung sudah
terlakukan.
Dari dua dasar pikiran diatas, maka jelaslah merayakan
Valentine day dalam kaca mata Islam adalah haram. Dengan demikian diharapkan
kepada generasi muda Islam untuk tidak terlibat dalam acara atau kegiatan yang
menyesatkan ini.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah
berkata, “Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang
khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal
memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat
hari raya!” dan sejenisnya.
Syaikh Muhammad
al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan,
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut: Pertama; ia
merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at
Islam. Kedua; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan
perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk
para salaf shalih (pendahulu kita). Maka tidak halal melakukan ritual
hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar
hadiah ataupun lainnya[15].
D.
Konsep Cinta dan Kasih Sayang Dalam Islam
Islam yang sangat
kaya akan konsepsi-aplikatif, sangat banyak memberikan aturan-aturan tentang
prilaku kehidupan yang bertujuan dalam menempatkan manusia, pada tempat-tempat
yang sebaik-baiknya dan semulia-mulianya. Islam sebagai rahmatan lil alamin
sudah dijamin oleh Sang Pemilik Alam ini, akan konsepsi ajarannya sebagai
ajaran yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan kemaslahatan hidup kita di
dunia dan akhirat.
Konsep kasih sayang
misalnya, Islam sangat begitu jelas, elegan, humanis, egalitarian, indah dan
menyejukkan. Lima belas abad yang lalu Rasulullah SAW, telah menyatakan bahwa:
"Tidak beriman seseorang itu, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri" (HR Bukhori Muslim)[16].
Dalam al-Qur’an juga dapat ditemui
beberapa ayat yang berkaitan dengan kasih sayang, baik itu kepada Allah,
Rasulullah, sesama manusia, orang tua, suami/istri, saudara, anak, tetangga,
teman, maupun kepada hewan, tumbuhan dan lingkungan. antara lawan jenis, Diantara ayat yang
menjelaskan kasih sayang adalah sebagai berikut :
1. Al-Fatihah: 1
Pada awal al-Qur’an saja Allah swt. Telah memulainya dengan
ayat tentang kasih sayang. Sungguh suatu agama yang memang benar-benar
memperhatikan tentang kasih sayang.
2. Ali Imran: 31
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ[18]
Ayat ini menjelaskan
kepada kita tengang cinta dan kasih sayang kepada sang Pencipta (Khaliq).
3. Ali Imran:14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ[19]
Ayat ini menjelaskan
tentang harta, tahta dan wanita, yang semuanya itu merupakan fitrahnya seorang
manusia.
4. An Nisa: 1
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)[20]
Pada ayat ini Allah
swt. menjelaskan tentang pasangan hidup atau hubungan kasih sayang antara lawan
jenis.
5. Ar-Ruum: 21
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٢١)[21]
Ayat ini juga
menjelaskan tentang tujuan dari sebuah hubungan pernikahan dan menjadikan kasih
sayang, agar kita bisa saling mengasihi.
6. An Nur: 32
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٣٢)[22]
Pada ayat ini Allah
swt menyuruh kita untuk menjalin hubungan kasih sayang dengan menikah, dan
jangan khawatir akan miskin, karena Allah yang menjamin rezeki kita.
7. Adz Dzariyaat: 49
Pada ayat ini Allah menegaskan kembali bahwa yang ada di dunia ini sifatnya
berpasang-pasangan, ada pria ada wanita, ada siang, ada malam, begitu
seterusnya.
Demikianlah Islam
menuntun kita dalam menjalin cinta dan kasih sayang, yang sangat berbeda dengan
apa yang ada dalam semangat yang diusung oleh valentine day.
Budaya barat tidak
sedikitpun lebih aplikabel dari sistem ajaran Islam. Valentine day tidak akan
dapat menandingi konsep kasih sayang dan pemaknaan cinta dari pada Islam,
karena Islam menempatkan rasa kasih sayang dan cinta tidak hanya berdimensi
kemanusiaan yang bersifat temporal-temporal, melainkan didorong atas dimensi
ilhiah yang bersifat universal-universal.
E.
KESIMPULAN
Pada saat ini
valentine day telah bermetamorfosis menjadi ladang bisnis bagi sejumlah pihak
yang mengambil keuntungan dari agama. Sebagaimana yang penulis uraikan di atas
bahwa Agama Nasrani yang pernah mengadopsi dan merayakan valentine day saja
sekarang sudah tidak lagi merayakannya.
Sebagian ustadz dan
da’i kita juga menggunakan momen ini untuk mengumpulkan generasi muda, namun
diwarnai dengan tausyiah tentang agama terutama terkait kasih sayang
dalam Islam. Hemat penulis selagi konten atau esensinya dapat kita warnai
dengan nilai-nilai yang bermanfaat, tidak ada salahnya kita menggunakan istilah
ini sementara waktu.
[1]
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/merayakan-valentine-day-berarti-ikut-menuhankan-yesus.htm#.V_dgNeWLTIU
[2]
Ibid.,
[3]
The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity
[4]
The World Book Encyclopedia, 1998
[5]
The World Book Encyclopedia, 1998
[6]
http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain
[7]
The Catholic Encyclopedia (1908), Vol. XV sub judul St.
Valentine
[8]
http://beritaislamimasakini.com/hukum-merayakan-hari-valentine-buat-umat-islam.htm
[9]
http://beritaislamimasakini.com/hukum-merayakan-hari-valentine-buat-umat-islam.htm
[10]
eHadits: Kitab 9 Imam Hadits, Lidwa Pustaka (Software Hadits Digital), Pada
Kitab Shahih Muslim ditemukan sanad yang berbeda :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَاللَّفْظُ
لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَسُلَيْمَانَ بْنِ
يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لَا يَصْبُغُونَ
فَخَالِفُوهُمْ
[11]
eHadits: Kitab 9 Imam Hadits, Lidwa Pustaka (Software Hadits Digital)
[12]
Fatwa Lembaga Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan
Fatwa Kerajaan Arab Saudi
Fatwa nomor (21203), tanggal : 23-11-1320 H, sebagaimana dikutip oleh http://www.darussalaf.or.id/aqidah/hukum-merayakan-valentine-days/
Fatwa nomor (21203), tanggal : 23-11-1320 H, sebagaimana dikutip oleh http://www.darussalaf.or.id/aqidah/hukum-merayakan-valentine-days/
[13]
Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
[14]
Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya.
Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai
pertanggungjawabannya". (QS. Al Isra': 36)
[15]
Fatwa Syaikh Ibnu Ustaimin, Tanggal 5/11/1420 H yang beliau tanda tangani,
sebagaimana dikutip oleh : https://muslimah.or.id/37-hukum-merayakan-valentines-day.html
[16] حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ
الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
[18]
Katakanlah (Wahai Rasulullah), Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.
[19]
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik.
[20]
Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan
darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak
laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya
kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya
Allah swt. adalah pengawas atas kamu.
[21]
Dan
diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
[22]
Dan
nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah Swt akan mengkayakan mereka. Dan
Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.
[23]
Dan
segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran
Allah.